Ambon -Saat bertemu pejabat dan tokoh
masyarakat di Saumlaki di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) dan di
Ambon ibu kota provinsi Maluku, Menteri ESDM Sudirman Said meminta agar
masyarakat tidak perlu meributkan apakah proyek gas Blok Masela akan
dibangun di tengah laut (
offshore) atau di darat (
onshore). Yang paling utama, bagaimana proyek ini bisa memberi manfaat yang lebih luas kepada masyarakat Maluku.
Ketika
berdiskusi dengan pimpinan DPRD MTB, Wakil Bupati MTB dan jajarannya,
serta Gubernur Maluku Said Assagaf dan tokoh-tokoh Maluku, Sudirman
selalu menyampaikan hal ini. Ini penting karena bila dua opsi ini terus
diperdebatkan, maka hal ini akan menjadi kontraproduktif di tengah
masyarakat Maluku.
Karena itu, Sudirman Said selalu meminta
kepada masyarakat Maluku untuk menunggu keputusan Presiden Jokowi yang
akan diambil dalam waktu dekat. "Ini wisdom presiden, kita tunggu saja.
Yang pasti presiden ingin agar manfaat proyek Blok Masela ini tidak
dinikmati hanya sekelompok orang, tapi memberikan manfaat yang lebih
besar untuk masyarakat Maluku," kata Sudirman.
Sudirman bertemu
pejabat dan tokoh masyarakat MTB di Saumlaki pada Jumat (8/1/2016),
kemudian bertemu tokoh Maluku di kantor Gubernur Maluku, Ambon pada
Sabtu (9/1/2016). Pertemuan di Saumlaki mendapat sambutan yang hangat,
dan mereka setuju untuk tidak memperdebatkan
offshore atau
onshore. Adem ayem.
Namun,
saat bertemu tokoh Maluku di Ambon, beberapa politisi yang juga anggota
DPRD Maluku berbicara cukup keras dan meminta agar kilang gas Masela
dibangun di darat saja. Ini seperti diutarakan Wakil Ketua DPRD Maluku
yang juga anggota dewan dari Partai Golkar, Richard Rahakbauw. Dia
beralasan bahwa Musyawarah Besar Masyarakat Maluku pada November 2015
sudah menetapkan agar Blok Masela dibangun
onshore saja, karena akan memberi manfaaat lebih besar kepada masyarakat Maluku.
Ternyata opsi
onshore
tidak terhenti pada isu itu saja. Yang berkembang kemudian adalah kalau
Blok Masela dibangun onshore, perdebatan dan tuntutan lain ternyata
berkembang. Misalnya, sudah ada suara agar kilang
onshore ini
dibangun di Kepulauan Aru yang berjarak 600 kkilometer (km) dari lokasi
ditemukannya Blok Masela. Padahal, daratan yang paling dekat dengan blok
Masela adalah Saumlaki dan wilayah Blok Masela memang berada di wilayah
MTB. Jarak Blok Masela dengan Saumlaki juga hanya sekitar 180 km.
Saat
bertemu Sudirman Said, seorang profesor yang juga pemuka Maluku Barat
Daya (MBD), Prof Aholiab Watloly meminta agar pemerintah juga
memperhatikan MBD. Dia meminta supaya pemerintah tidak hanya
memperhatikan MTB, termasuk dalam pemberdayaan masyarakat. Karena itu,
bila memang sudah ada fasilitas Inpex yang akan dibangun di MTB, maka
dia meminta agar kilang dibangun di daratan MBD.
Apalagi,
kata dia, nama Blok Masela juga tidak terlepas dari keberadaan Pulau
Masela yang ada di wilayah kabupaten MBD. "Saya minta Bapak untuk juga
lihat bagaimana kondisi masyarakat MBD. Kasihan masyarakat MBD," pinta
Watloly, yang merupakan guru besar filsafat di Universitas Pattimura
Ambon itu.
Pada tahun 1999, sebenarnya wilayah kabupaten MBD
masuk ke dalam wilayah kabupaten MTB. Namun, sekitar tahun 2004, terjadi
pemekaran wilayah dan MBD menjadi kabupaten sendiri. Kondisi
infrastruktur di MTB dan MBD saat ini memang masih memprihatinkan.
Banyak kecamatan dan desa yang belum teraliri listrik. Di antara 11
kabupaten/kota di Maluku, MBD merupakan kabupaten paling miskin.
Sementara MTB merupakan kabupaten paling miskin nomor dua.
Sepertinya
jalan masih panjang apabila Blok Masela diputuskan dibangun secara
onshore, karena terjadi perdebatan daratan mana yang paling layak
dibangun kilang. Sudirman Said meminta agar masyarakat Maluku di bawah
kepemimpinan Gubernur Said Assagaf bisa bersatu menunggu keputusan
pemerintah pusat mewujudkan proyek Blok Masela dengan baik demi manfaat
untuk masyarakat Maluku.
Sudirman Said sendiri mengaku dirinya bersikap netral. Sesuai penilaian konsultan, baik
onshore maupun
offshore,
sama-sama dimungkinkan. Hingga saat ini, Sudirman masih menunggu
analisa yang lebih komprehensif dari berbagai pihak profesional mana
opsi yang lebih efisien dan memberi manfaat lebih banyak.
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan, berdasarkan masukan konsultan, sebenarnya pembangunan
offshore lebih efisien dibanding
onshore. Pembangunan
offshore
juga akan bisa mendatangkan lebih banyak manfaat, karena salah satunya
akan bisa memunculkan industri galangan kapal di kawasan Maluku. Bila
offshore
yang dipilih, Inpex Masela sebenarnya sudah melakukan survei lahan di
Pulau Selaru dan Saumlaki yang ada di Pulau Yamdena untuk dibangun
Logistic Supply Base (LSB).
Apa
pun yang akan diputuskan Presiden Jokowi nanti, Amien Sunaryadi meminta
masyarakat Maluku untuk bersiap menghadapi realisasi proyek ini, meski
masih membutuhkan waktu panjang. Dia memprediksi
Plan of Development
(PoD) bisa diputuskan pemerintah bulan ini, maka pembangunan konstruksi
kilang baru akan bisa dimulai akhir 2020 dan produksi gas baru bisa
dihasilkan pada 2024. Amien meminta salah satu yang perlu disiapkan
adalah sumber daya manusia (SDM), baik untuk pekerja di Blok Masela,
maupun untuk membangun usaha-usaha lokal untuk mensuplai kebutuhan
proyek ini.
Participating Interest (PI) 10 Persen
Dalam pertemuan dengan masyarakat Maluku, Sudirman Said juga telah menyampaikan kepastian bahwa Provinsi Maluku akan mendapat
participating interest
(PI) 10 persen dalam proyek Blok Masela. Gubernur Said Assagaf
mengumumkan keputusan ini di depan para pejabat dan tokoh Maluku dan
mendapat tepuk tangan yang meriah.
Namun, Sudirman Said dan
Dirjen Migas IGN Wiratmaja yang juga hadir dalam pertemuan mengingatkan,
bahwa selain ada benefit yang diterima Pemprov Maluku terkait PI 10
persen ini, juga ada kewajiban yang harus dilakukan Pemprov. Salah
satunya, Pemprov Maluku harus ikut menyertakan modal.
Wiratmaja
mengimbau agar Pemprov Maluku bisa bekerjasama dalam hal ini dengan
Pertamina, BUMN yang selama ini memiliki pengalaman di bidang migas.
Pengalaman masa lalu di berbagai proyek yang juga melibatkan Pemprov
atau Pemda, banyak pengusaha nasional yang memanfaatkan PI ini hanya
untuk mendapatkan keuntungan sesaat. Sebaiknya pengalaman masa lalu ini
tidak terjadi lagi dalam Blok Masela.
"Jadi jangan hanya berpikir
manfaaatnya saja, tapi yang perlu dipikirkan adalah kewajibannya dan
juga risikonya," kata Wiratmaja. Manfaat yang didapatkan Pemprov, antara
lain pembagian dividen dan bisa menempatkan wakilnya di jajaran
manajemen.
Sumber : http://finance.detik.com/read/2016/01/13/103202/3117228/1034/offshore-atau-onshore-proyek-gas-masela-bukan-hal-utama?f990101mainnews